Selamat Datang Di Blog nya Zahyd

Senin, 10 Februari 2014

Kisah Pensil & Penghapus


 

Pensil : Maafkan aku ....

Penghapus : Meminta maaf untuk apa? Kamu tidak melakukan sesuatu yang salah.

Pensil : Soalnya, selama ini aku merasa menyesal telah menyakiti dirimu. Setiap kali aku melakukan kesalahan, kamu bersedia menghapusnya, kamu selalu ada untuk menghapus setiap kesalahanku. Karena kesalahan yang terus dan terus kulakukan itu, kamu kehilangan bagian darimu, kamu terlihat semakin kecil, kecil, dan mengecil. Bagian yang seharusnya tetap ada jika tidak karenaku. Jadi, maafkan aku...

Penghapus : Benar, Pus! Tapi, sedikit pun aku tidak keberatan. Kamu bisa merasakan, aku memang tercipta untuk itu. Aku memang tercipta untuk membantumu setiap kali kamu melakukan hal yang salah. Meskipun pada suatu hari nanti, aku mengerti dan paham bahwa aku akan pergi, jika pun tidak, kamu sudah menggantikanku lebih dulu dengan penghapus baru. Tapi sungguh, aku senang melakukan pekerjaan itu. Jadi kumohon, kau tak perlu khawatir lagi dengan itu. Masing-masing pihak sudah seharusnya begitu. Aku sangat benci melihatmu bersedih. Aku mohon, aku mohon, jangan khawatir dan bersedih lagi karenaku.

Demikianlah percakapan singkat antara Pensil dan Penghapus di kedai kopi dengan dilatari hujan yang terpenggal-penggal turun begitu lincah dari langit pada suatu hari.

PESAN MORAL :

Pensil adalah seorang anak dan Penghapus adalah orang tuanya.

Jika kita amati dialog mereka, Pensil di suatu hari merasa menyesal, ia menyesali kenapa ia melakukan kesalahan, dan uniknya, di mana ada kesalahan, di situ ada Penghapus. Ini seperti orang tua kepada anaknya, di mana ada kesalahan pada anak yang tertuju padanya, orang tua tetap akan selalu ikhlas memaafkan dari hatinya. Dan malahan, Penghapus (orang tua) tidak pernah merasa bahwa pekerjaannya itu memberatkan, ia malah senang melakukannya demi pensil (anaknya).

Meskipun orang tua, tenaganya akan semakin berkurang dan berkurang melayani kita, tetapi orang tua tidak mempedulikan hal itu, hingga kemudian ia pergi meninggalkan anak-anaknya semua, atau pun jika diberi umur panjang, sang orang tua akan menyaksikan bahwa pada akhirnya, anak-anaknyalah yang terlebih dahulu meninggalkannya karena, suatu ikatan pernikahan dengan pasangan mereka masing-masing. Dan, kasih sayang sang anak akan lebih fokus dan besar kepada pasangannya. Sementara kasih sayang kepada penghapus atau orang tua?"

Tetapi lagi, namanya orang tua tetap senang melihat anak-anaknya mendapatkan pasangan idaman dan berkeluarga, meski dirinya harus ditinggalkan, orang tua malah membenci anak-anaknya merasa khawatir atau sedih terhadapnya. Maka, sudah sejauh mana kita menyayangi orang tua seperti mereka menyayangi dan terus mendoakan kita selama ini?

Semoga bermanfaat, kawan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar